KELUHANKU

                                             Robbirhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” [Al Israa’:24
                      Robbanaghfir lii wa lii waalidayya wa lilmu’miniina yawma yaquumul hisaab
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” [Ibrahim:41]


Robbighfir lii wa li waalidayya wa li man dakhola baytiya mu’minan wa lilmu’miniina wal mu’minaati wa laa tazidizh zhoolimiina illa tabaaro
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” [Nuh:28]
         Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaat dari ilmu yang kita dapat dengan mengamalkannya setiap hari. Amiin.



semakin indah dan hidup terasa bermakna ketika kita bisa menjadi anak yang sholeh/sholehah, setiap saat dari doa yang teruntai dan kita panjatkan untuk orang tua,dari sanalah pintu rezeki dan berkah hidup kita peroleh,Subhanallah




Kasih sayang orang tua adalah sifat rahman dan rahimnya Allah yang dititipkan kepada hati Ibu dan Ayah.
Semasa remaja saya sebagai anak suka berontak dan protes terhadap perlakuan orang tua. Mungkin karena saat itu sebagai anak, saya inginkan figur orang tua yang lemah lembut,bisa mengerti, bisa dibanggakan dsb.
Berbekal pesan birrul walidain dari guru agama, bertahun-tahun saya belajar memahami mengapa jika terkadang ayah menghardik saya, justru sayalah yang harus minta maaf terlebih dahulu kepada beliau. Mengapa terkadang ayah atau ibu boleh terlewatkan shalatnya sedang saya akan mendapat rotan karena tidak sembahyang.
Akhirnya saya coba mengerti bahwa itu adalah bentuk ketidak konsistenan. Orangtua selalu inginkan anaknya menjadi yang terbaik. Orangtua ingin anaknya menjalankan shalat, selalu berkata lembut, mudah memaafkan, tapi terkadang orangtua membentak, gengsi untuk minta maaf dan lupa shalat.
Sekarang saya sudah menjadi orangtua. Dengan berbagai kesibukan mencari nafkah, dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga, sangat terasa bahwa menjaga konsistensi itu tidaklah mudah.
Selalu kuingatkan anak2ku bahwa sarapan harus dengan tangan kanan, berdo’a dulu sambil duduk manis dikursi makan. Tapi aku sendiri sering menyambar roti dengan tangan kiri lalu menggigitnya sambil lari2, karena takut terlambat sampai ditempat kerja.
Diujung malam kupandangi wajah2 mungil anak2ku…teringat akan kedua orangtuaku…bersujud aku memohon ampun kepada Allah atas dosa2ku dan dosa kedua orangtuaku. Kasihilah mereka ya Allah..seperti mereka menyayangi aku diwaktu kecil…